Kamis, 08 Agustus 2013

Pura Luhur Poten Gunung Bromo (jejak sejarah Hindu Majapahit)


Bak Pengawal yang Setia, Suku Tengger yang tinggal di Kawasan Bromo-Tengger memiliki peranan penting dalam menjaga keluhuran adat dan kesucian kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Suku Tengger merupakan sebutan bagi Suku Asli yang mendiami Tengger (dikenal sebagai tanah hila-hila / suci) sejak jaman kerajaan MAJAPAHIT, para penghuninya dianggap sebagai abdi dibidang keagamaan. Mereka hidup sederhana dengan mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan, dan memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah. Yang membedakan dengan suku Jawa pada umumnya, misalkan bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah Bahasa Jawa Kuno. Sampai saat ini mayoritas Suku Tengger masih menganut Agama Hindu Jawa. Adat istiadat dan budaya para leluhur suku Tengger sangat dipegang teguh hingga kini. Hal ini Tercermin dari masih Lestarinya berbagai macam upacara/ritus keagamaan asli dari Hindu Tengger. Upacara adat suku Tengger terdiri dari (1). Upacara adat yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat suku Tengger, seperti : Hari Raya Karo, Yadnya Kasada dan Unan-Unan, (2). Upacara adat yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang, seperti: kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacara walagara), kematian (entas-entas dll), (3).

"...Pure Luhur Poten Bromo..."
Upacara adat yang berhubungan dengan siklus pertanian, mendirikan rumah, dan gejala alam seperti leliwet dan barikan. Upacara YADNYA KASADA merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan pada malam ke-14 Bulan Kasada. Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Pendopo Agung Desa Ngadisari. Kemudian tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan Mangku Dukun yang baru dan pemberkatan umat di Pura Poten lautan pasir Gunung Bromo. Mangku Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan pemimpin umat dalam bidang keagamaan, sebelum dilantik para Mangku harus lulus ujian, acara ini biasa disebut dengan Mulunen. Mulunen dilakukan bila dukun sebelumnya meninggal atau sudah tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai dukun. Pengujian di Pura Luhur Poten Bromo ini merupakan tahap paling berat bagi peserta. Dilakukan tepat pukul 2.00 dini hari, saat kabut tebal menutupi pura. Pengujian dilakukan satu persatu, dipandu koordinator dukun Tengger. Sang calon dukun harus membacakan dua bab mantra kesadha tanpa putus, di hadapan para dukun senior dan umat Hindu Jawa Suku Tengger yang sedang mengikuti acara kesadha. Bukan ujian yang mudah, karena mantra yang harus diucap bisa 1 jam panjangnya.

"...Upacara Yadnya Kesada Masyarakat Bromo Tengger..."
"masyarakat Hindu Tengger sedang melaksanakan ritual mecaru menyambut hari raya Kasodo keesokan harinya..."
Bahasanya pun bahasa Jawa kuno dan tidak boleh terputus atau lupa. Selain Kawah, Pura Luhur Poten Bromo dan Gua Widodaren merupakan salah satu tempat penting dalam ritual masyarakat Tengger. Selain sebagai tempat bersemedi, tepatnya di bagian samping gua terdapat sumber air yang tak pernah kering. Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut merupakan air suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, Upacara pengambilan air suci dari Gua Widodaren (Medhak Tirta) dan persembahyangan di Pura Poten Bromo adalah bagian ritual Upacara Kasada. Kemudian, Masyarakat Tengger berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka, Roro Anteng dan Joko Seger. Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai Kaul atau Terima Kasih mereka terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan yang maha kuasa atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah.
                                                                        "... jaba Pura luhur Poten, saat tirtayatra 21 juli 2013..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar